Kain Negeri dari 6 Desainer di JFFF 2019

Selasa, 03 September 2019 - 21:32 WIB
Kain Negeri dari 6 Desainer di JFFF 2019
Kain Negeri dari 6 Desainer di JFFF 2019
A A A
JAKARTA - Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) memeriahkan pergelaran Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF) 2019 dengan mengadakan peragaan busana bertajuk Kain Negeri.

Ketua IPMI di Jakarta Syamsidar Isya menuturkan, peragaan busana ini menjadi penting karena para desainer akan lebih mengenal berbagai wastra Indonesia.

“Setiap desainer memiliki kebebasan untuk memilih dan mengolah kain Nusantara sesuai dengan kreativitasnya masing-masing. Ajang JFFF merupakan momen yang tepat tak hanya untuk menampilkan karya tapi juga menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap kain Nusantara,” kata Syamsidar saat ditemui di Kelapa Gading, Jakarta Utara, belum lama ini.

Syamsidar menyebut ada enam desainer yang mengikuti peragaan busana bertajuk Kain Negeri ini, yakni Andreas Odang, Norma Hauri, Stella Rissa, Denny Wirawan, Danny Satriadi, dan Yongki Budisutisna.

Dalam koleksinya, Andreas mengemas busana cheongsam dengan siluet yang lebih modern. Warna merah mendominasi enam look yang tampil dengan anggun. Songket Palembang yang menjadi bintang utama koleksi ini dikombinasikan dengan teknik jahit yang mumpuni.

“Koleksi ini bertema Retrorient, tempat bertemunya gaya retro dan oriental secara berkesinambungan. Tema ini mencerminkan akulturasi budaya Palembang, Tiongkok, dan Siam,” ujar Andreas.

Berbeda lagi dengan Norma, desainer modest ini terinspirasi dari gaya pribadi para putri dari monarki dalam koleksi bertema Monarch. Kali ini dia mengangkat tenun Bali untuk diolah menjadi wujud yang modern.

“Saya menghadirkan gaun hitam dengan tambahan bow berwarna kuning mengelilingi dada. Ada pula gaun dengan fitur train dan gelombang ruffles di samping gaun,” terang Norma.

Membicarakan kain-kain negeri rasanya tak lengkap jika tak menampilkan kain batik dari Jawa. Hal ini yang dihadirkan Stella Rissa dalam koleksi bertajuk Segara, yang berarti lautan di dalam bahasa Jawa. Di koleksi ini Stella Rissa menggunakan kain lurik dari Yogyakarta. “Kain ini saya tampilkan dengan gaya kontemporer dengan rasa global,” ujarnya.

Adapun Denny Wirawan mengangkat kain Nusantara yakni batik Gedog Tuban. Dia menjelaskan, pembuatan kain ini cukup unik tidak hanya karena prosesnya yang rumit, tetapi juga hadir pada motifnya seperti ganggeng, kembang randu, kembang waluh, cuken, melati selansang, dan satriyan.

“Koleksi ini bernama Satriyan atau kesatria. Sifat pejuang/kesatria tertangkap dari perjuangan masyarakat di daerah Tuban yang masih mengandalkan hidup dari bertani dan juga menenun, serta membatik sebagai sampingan sekaligus jalan untuk melestarikan budaya,” ujar Denny.

Sementara, Danny Satriadi terisnpirasi kehidupan seekor capung yang dituangkan dalam koleksi bertajuk Arkamaya. Di koleksi ini dia mengangkat batik Pekalongan dengan warna-warna lembut seperti biru muda, kuning muda, dan putih. “Meski capung memiliki hidup yang singkat, ia mampu bermetamorfosis beberapa kali, begitu pula manusia hendaknya seperti itu,” tutur Danny Satriadi.

Desainer Yongki Budisutisna menghadrikan koleksi busana bertajuk Malika. Dia menggunakan Batik Cirebon yang populer dengan warna-warninya yang vibran. “Saya menghadirkan deretan dress siap pakai yang menceritakan siluet feminin untuk mewakili kebutuhan dinamis kaum perempuan urban,” ujar Yongki Budisutisna.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7219 seconds (0.1#10.140)